Hola....Minna, saat ini authors kece - di timpuk mangga - ini kembali untuk memenuhi suatu tugas tentang biografi sendiri, tanpa maksud untuk narsis loh... hehe, langsung aja cekidott =0
Pada
tahun 1993, tepatnya hari selasa jam 14.45 WITA di tanggal 9 Februari di rumah
sakit Byangkara. Terlahirlah aku, Diah Ayu Eka Prasetyanti, anak pertama dengan
jenis kelamin perempuan dari pasangan Ir. Deden Adharnudin dan Ni Luh Putu
Suardani, yang saat itu tinggal di Asrama Polwil Ampenan, Lombok Barat.
Aku
berdarah campuran Sunda-NTB dan Bali. Ayahku keturunan campuran dari kakek yang
keturunan asli Wera di daerah Nusa Tenggara Barat dan nenek ku yang keturunan
Sunda asli. Sedangkan ibuku adalah keturunan Bali asli yang beragama hindu
kemudian masuk islam dengan nama muslimnya Siti Mariam, setelah menikah dengan
ayahku. Dulu orang tuaku tinggal Mataram – ibu kota dari NTB – tepatnya di
asrama Polwil berasama dengan kakek dan nenekku, sampai aku lahir. Kerena
ayahku mendapat panggilan kerja di Bali, kami pindah kesana saat aku berusia
baru beberapa bulan dan tinggal dirumah mbahku, sampai aku berumur tiga tahun. Pada
usiaku yang masih sangat kecil, keluargaku memutuskan untuk pindah ke daerah
Jakarta Timur kerena ayahku pindah kerja ke perusahaan farmasi di sana. Tidak
lama ketika adik perempuanku lahir di tahun 1996, ayahku kembali pindah kerja
ke perusahan farmasi yang lebih besar dari sebelumnya, hingga ia pensiun saat
ini. Lalu ibuku adalah pegawai negeri sipil yang sebelumnya bekerja untuk
wilayah Bali, kini pindah ke Jakarta mengikuti ayahku hingga saat ini.
Tahun
1999, aku lulus dari taman kanak-kanak Raudhatul Athfal Ar Rahman di Ciracas
Jakarta Timur. Setelah itu aku melanjutkan ke jenjang sekolah formal di SDN 09
Ciracas yang tidak jauh dari rumahku. Dari kecil aku sudah mempunyai hobi
membaca segala jenis buku ditambah dengan orang tua yang memberi dukungan
dengan berlangganan majalah dan buku cerita anak-anak, semakin membuatku gemar
untuk membaca hingga saat ini. Di tahun 2005, aku lulus dan diterima di SMP
negeri 208 yang lagi-lagi jaraknya berdekatan dengan rumahku. Sewaktu di
pertengahan kelas dua, ayahku dipindah tugaskan ke daerah Bogor yang membuat
kami harus ikut pindah dan menjadikanku murid baru di SMP negeri 1 Cileungsi,
selama setahun.
Selama
menjalani tahun terakhirku di SMP yang baru, membuat nilai akademisku menjadi
jatuh. Hal itu disebabkan oleh susahnya aku untuk beradaptasi di lingkungan
baru, terutama dalam hal bahasa – mayoritas di Cileungsi menggunakan bahasa
sunda – sehingga aku gagal masuk ke satu-satunya SMA negeri yang dekat dari
rumah. Pada tahun 2008 aku lulus dan memutuskan untuk masuk ke SMA Muhammadiyah
Cileungsi. Dari sanalah yang menyebabkan aku mulai mengenakan kerudung hingga
saat ini. Selama menjalani kehidupan SMA, aku jarang mengikuti hal lain yang
tidak ada hubungannya dengan belajar, termasuk bergaul dengan orang-orang –
ingat aku masih kesulitan memahami bahasa loh – sehingga temanku dapat dihitung
dengan jari. Sisi baiknya, kerena aku hanya fokus dengan belajar, membuatku
masuk jurusan ipa tanpa tes saat pembagian jurusan. Satu-satunya kegiatan di
luar sekolah yang aku miliki adalah karate yang kuikuti bersama dengan adikku
di dozo – sebutan untuk tempat
latihan karate – yang tidak jauh dari rumah. Tidak tanggung-tanggung aku dalam
mengikuti olahraga yang diminati oleh laki-laki itu, buktinya aku beberapa kali
meloncat sabuk dan mengalahkan teman laki-laki di dozoku. Namun ketika aku sudah meraih sabuk hijau, senpaiku – panggilan untuk yang
melatihku – mendadak berhenti dan membubarkan dozo. Delapan bulan lamanya,
aku vakum dari kegiatan favoritku itu. Demi mengisi waktu luang, aku akhirnya
bergabung dengan ekstrakulikuler karya ilmiah remaja dan berhasil mencapai
posisi ketua dalam organisasi itu. Hingga tidak lama setelah aku menjadi ketua
di KIR, aku menemukan Dozo lainnya
yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Karena terlalu lama vakum, aku dan
adikku jadi harus mengulang dari sabuk yang paling rendah.
Pada
tahun 2011, aku lulus SMA dan melanjutkan ke Universitas Gunadarma di Depok. Meski
sebelumnya aku sempat mendapat undangan masuk PTN dan mengikuti SNMPTN, namun
keduanya gagal. Sehingga aku mengikuti ujian masuk Universitas Gunadarma dan
berhasil menjadi mahasiswi di fakultas Psikologi. Masuk fakultas psikologi
adalah impianku yang sudah jauh-jauh hari aku rancang. Alasannya, karena di
Indonesia psikologi masih sangat jarang, padahal lulusan psikologi sangat
banyak dibutuhkan dalam semua bidang yang menyangkut SDM. Terlalu menikmati
masa kuliah, membuatku tidak memilki waktu untuk mengembangkan prestasi di
bidang karate, sehingga aku tiga kali tidak mengikuti ujian kenaikan sabuk. Dan
tepat ketika aku berada di semester empat, aku berhenti dari karate dengan
memegang sabuk coklat. Semoga pilihanku dengan berhenti menjadi karateka dapat
membuat impianku untuk menjadi seorang profesi psikologi, menjadi keputusan
tepat yang kupilih. Sehingga aku dapat menjadi orang yang membanggakan bagi
keluarga dan lingkungan di sekitarku. Amin….
0 komentar:
Posting Komentar