Mungkin selama ini, minna menganggap teknik konseling dan
psikoterapi yang ada dalam psikologi, adalah hal yang sama. Sebenarnya kedua
teknik ini, tidak jauh berbeda, mengingat keduanya berupaya untuk membantu atau
menolong orang lain. Sehingga bagi sebagian peneliti, konseling dan psikoterapi
dapat diterima sebagai kegiatan yang sinonim dikarenakan memiliki tujuan yang
sama.
Namun bagi sebagian
peneliti lainnya, upaya untuk membedakan keduanya dianggap perlu. Karena masyarakat
perlu mendapat kejelasan mengenai keprofesian keduanya, agar tidak menimbulkan
keragu-raguan. Untuk itu, saya akan mencoba untuk menjelaskan perbedaan yang
terdapat di antara konseling dan psikoterapi.
Konseling jika dilihat dari sejarahnya, berkaitan erat
dengan pemberian nasihat. Suatu keinginan untuk membantu orang lain dengan
memberikan nasihat, namun tidaklah sesederhana itu. Menurut Ivey &
Simek-Downing, konseling sebagai proses yang lebih intensif berhubungan dengan
upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih
efektif. Sedangkan psikoterapi menurut mereka, adalah proses jangka panjang
yang behubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih
besar pada struktur kepribadian.
Hahn (1953) dan English
& English (1958), mengatakan adanya batas yang kurang tajam antara
konseling dan psikoterapi sehingga sering mengaburkan. Sehingga ahli-ahli lain
tetap berusaha menunjukan adanya perbedaan antara kegiatan psikoterapi dengan
konseling, baik untuk kepentingan profesi maupun ilmiah.
Stefflre dan Grant
(1972), mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipakai sebagai usaha untuk
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus keduanya dan untuk
bisa membedakannya, yaitu:
- Tujuan
Konseling bertujuan
membantu seseorang dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan agar bisa
berlangsung lancar. Hahn & MacLean (1955), mengemukakan tujuan konseling
yang menitikberatkan pada upaya pencegahan agar penyimpangan yang merusak
dirinya tidak timbul. Sedangkan psikoterapi terlebih dahulu menangani
penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahannya.
Mereka juga
mengemukakan bahwa konseling berhubungan dengan rencana jangka panjang yang
bersangkut-paut denga pendidikan dan pekerjaan atau jabatan seseorang serta
pencegahan terhadap munculnya gangguan dalam bidang kesejahteraan mental,
sedangkan psikoterapi singkatnya berhubungan dengan tujuan penyembuhan.
- Klien, Konselor dan Penyelenggaraannya
Telah banyak usaha
dilakukan untuk membedakan konseling dengan psikoterapi dari sudut kliennya itu
sendiri. Secara tradisional mudah membedakan keduanya, karena pada konseling,
konselor menghadapi klien yang normal. Sebaliknya pada psikoterapi, menghadapi
klien atau pasien yang mengalami neuroisis atau psikosis.
Karena itu, bagi
Patterson (1973) maupun Pallone (1977), keduanya mengatakan bahwa konseling
diberikan kepada seseorang sebagai klien, sedangkan psikoterapi kepada
seseorang sebagai pasien. Seorang penderita neurosis atau psikosis bisa saja
menemui seorang konselor dengan tujuan melakukan konsultasi dan perawatan dan
penanganan dilakukan melalui psikoterapi.
- Metode
Perbedaan antara
keduanya sebenarnya tidak terlalu besar, demikian diucapkan oleh Patterson
(1952), karena beberapa metode pada masing-masing seperti penciptaan rapport,
peranan klien dan arah hubungan atau pendekatan, semuanya dipakai oleh
keduanya.
Namun Brammer &
Shostrom (1977) mengemukakan bahwa :
- Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short-term
- Sedangkan psikoterapi ditandai oleh : supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problem and long-term.
Referensi : Gunarsa,D.Singgih,Konseling dan psikoterapi.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia,1996.