Di jaman modern saat
ini, kesibukan mungkin menjadi pilihan yang terpaksa menjadi bagian dari
kehidupan kita saat ini. Bahkan kesibukan telah menjadi ciri yang melekat pada
manusia abad ini. Kesibukan yang kita jalani, tidak ayal membuat kita sering
tersentuh dengan yang namanya stress.
Kata stress sudah
sangat terkenal di antara banyak orang sebagai sesuatu yang menggangu. Stress
kerja, stress tidak punya duit, stress ngerjain tugas dan banyak lagi kata
stress yang sering kita gunakan dalam beraktifitas. Pertanyaannya, apa sih arti
dari stress itu? Seperti apa tipe-tipe stress? Dan pendekatan apa sih untuk mengatasinya?
Saya akan menjelaskannya satu persatu.
I Arti Penting Stress
Salah
satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah deskripsi Cannon
tentang respon Fight or Flight pada tahun 1932, yang mengatakan bahwa ketika
organisme merasakan akan adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan
terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf simpatetik dan endokrin yang akan
merespon secara fisiologis organisme untuk menyerang atau melarikan diri.
ψ Efek-efek
stress menurut Hans Seyle
Menurut
Hans Seyle, ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Hans seyle telah melakukan riset
(1946,1976) terhadap dua respon fisiologis tubuh terhadap stress, yaitu :
·
Local Adaptation Stress ( LAS )
Tubuh
menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress yang berjangka pendek. Sebenarnya respon LAS ini banyak
kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah
ini :
a. Respon
inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi.
Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi
tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan
dengan benda tajam.
·
General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap
stress. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem
endokrin.
a.
Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala
dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
b.
Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila
teratasi gejala stress menurun à atau normal, tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c.
Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress
yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian
terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
ψ Faktor-faktor
Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab Stress
Penyebab stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan
perkembangan manusia tetapi perkembangan stress juga dapat terjadi di setiap
saat sepanjang kehidupan kehidupan.
·
Faktor Individual
Kadang-kadang sumber stress itu ada
di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkat stress yang
muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Stress juga akan muncul
melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang
mengalami konflik.
·
Faktor Sosial
Selain
peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.Dukungan sosial
mencakup: Dukungan emosional, seperti rasa
dikasihi; dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan
informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
II. Tipe-tipe
Stres
Menurut Maramis (1990) ada empat
tipe stress psikologis yaitu:
Muncul
karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan,bencana alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
Ditimbulkan
karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau
tujuan.Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian yaitu approach-approach
conflict,approach-avoidant conflict,avoidant-avoidant conflict.
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berasal
dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu/
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan
kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali
mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
III.
Pendengkatan Problem Solving Terhadap Stres
Masalah
stress dapat diatasi dengan berbagai cara tergantung jenis stress yang dialami
oleh kita. Misalnya dukungan sosial dapat membantu secara positif terhadap
kesehatan. Cobb menekankan orientasi subyektif yang memperlihatkan bahwa
dukungan sosial menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi. Selain lingkungan
cara yang paling tepat dalam mengatasi stress adalah menggunakan metode Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya.
Sumber :
Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar