Penah
mendengar istilah “Mens Sana in
Corporisano” ? Yap….tepat sekali, ini adalah istilah yang sering dielukan
ketika kita mengikuti acara senam bersama atau olah raga lainnya. Mens Sana in
Corporisano atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan “Di dalam Tubuh yang
Sehat Terdapat Jiwa yang Kuat” memiliki pengertian yang luas.
Pertama-tama
apa sih arti dari sehat itu? Sehat dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana
individu atau manusia dapat berfungsi dengan baik dalam konteks intelektual,
sosial, emosional, fisik dan juga spiritualnya. Sedangkan menurut UU No 23 /92
tentang kesehatan, sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktive
secara sosial dan ekonomis. Definisi sehat menurut Pepkin, adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuian
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
Sehat sudah dianggap sebagai kualitas dalam hidup
manusia. Sehingga kini sebagian ilmu pengetahuan dan teknologi, disusun dan
dibagun untuk kepentingan diri manusia itu sendiri, menyangkut kesehatannya. Meski
demikian, banyak hal yang dilakukan manusia tidak jarang justru membuat manusia
semakin tidak sehat.
Sumber :
tedjho.files.wordpress.com/2012/04/konsep-sehat-sakit2.ppt
Rochman,Kholil
Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press
Sejarah
perkembangan kesehatan mental
1.
Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental
telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme
bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani
kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya
dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka
mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2.
Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang
berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates
(460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.
Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau
hantu yang melukai badan anda. Ide naturalistik ini kemudian
dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan
selanjutnya, pendekatan ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang
Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan
filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental.
Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini,
pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di
rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa
jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang
berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau
merusak dirinya.
3.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan
cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush
(1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah
sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau
sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan
cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam
ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Pada tahun 1909, gerakan mental
Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene
ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena
jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene
Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang
pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Pada
tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan
berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene
ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari
seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini
dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The
World Health Organization.
Sumber:
Rochman,Kholil
Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press
Pendekatan kesehatan Mental
Sama
halnya dengan definisi sehat, pendekatan kesehatan mental juga memiliki
keragaman dalam hal konsep. Salah satunya, Saparinah Sadli (dalam
Suroso,2001:132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental. Tiga orientasi
tersebut diantaranya, orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri dan
orientasi pengembangan potensi. Berikut penjelasan dari ketiganya.
Orientasi
Klasik
seseorang
dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan,rasa
lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan
perasaan sakit atau rasa tidak sehat serta mengganggu efisiensi sehari-hari.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Menurut
pendekatan kedua yaitu orientasi penyesuaian diri,seseorang dianggap sehat
mental bila ia mampu menggembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang
lain serta lingkungan sekitarnya.
Orientasi
Pengembangan Potensi
orientasi
pengembangan potensi dimana seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa
bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri
Sumber
:
Rochman,Kholil
Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press
0 komentar:
Posting Komentar