Selasa, 26 Maret 2013

Kesehatan Mental




Penah mendengar istilah “Mens Sana in Corporisano” ? Yap….tepat sekali, ini adalah istilah yang sering dielukan ketika kita mengikuti acara senam bersama atau olah raga lainnya. Mens Sana in Corporisano atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan “Di dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa yang Kuat” memiliki pengertian yang luas.
Pertama-tama apa sih arti dari sehat itu? Sehat dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana individu atau manusia dapat berfungsi dengan baik dalam konteks intelektual, sosial, emosional, fisik dan juga spiritualnya. Sedangkan menurut UU No 23 /92 tentang kesehatan, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktive secara sosial dan ekonomis. Definisi sehat menurut Pepkin, adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuian sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
Sehat sudah dianggap sebagai kualitas dalam hidup manusia. Sehingga kini sebagian ilmu pengetahuan dan teknologi, disusun dan dibagun untuk kepentingan diri manusia itu sendiri, menyangkut kesehatannya. Meski demikian, banyak hal yang dilakukan manusia tidak jarang justru membuat manusia semakin tidak sehat.

Sumber :
tedjho.files.wordpress.com/2012/04/konsep-sehat-sakit2.ppt
Rochman,Kholil Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press


Sejarah perkembangan kesehatan mental
1.      Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2.      Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

3.      Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.

Sumber:
Rochman,Kholil Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press


Pendekatan kesehatan Mental

Sama halnya dengan definisi sehat, pendekatan kesehatan mental juga memiliki keragaman dalam hal konsep. Salah satunya, Saparinah Sadli (dalam Suroso,2001:132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental. Tiga orientasi tersebut diantaranya, orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri dan orientasi pengembangan potensi. Berikut penjelasan dari ketiganya.

Orientasi Klasik
seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan,rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat serta mengganggu efisiensi sehari-hari.

Orientasi Penyesuaian Diri
Menurut pendekatan kedua yaitu orientasi penyesuaian diri,seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu menggembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.

Orientasi Pengembangan Potensi
orientasi pengembangan potensi dimana seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri

Sumber :
Rochman,Kholil Lul.2010.Kesehatan Mental.Purwokerto : Fajar Media Press

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.


Pengikut

About Me

Foto Saya
diah ayu eka
Indonesia
saya adalah mahasiswi di universitas gunadarma yang bercita-cita pergi ke Jepang. motto hidupku adalah berbeda tidak selamanya bagus tetapi yang terbaik selalu berbeda. Yoroshiku...^o^
Lihat profil lengkapku